Nikmati saja hujan dengan secangkir kopi hangat dan obrolan di blog ini....

Rabu, 20 Agustus 2014

TIADA MAAF BAGIMU (Matius 11 : 20 – 24)



Bagi saya ini adalah perikop yang sangat emosional. Dengan begitu berapi-api Yesus menjatuhkan vonis bagi tiga kota : Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum. Memang dalam Injil beberapa kali kita menjumpai peristiwa Yesus yang emosional, seperti saat mengutuk pohon ara yang tidak berbuah, mengecam para ahli Taurat dan Farisi, serta saat memorak-porandakan lapak-lapak PKL di halaman Bait Allah. Tapi yang ini beda. Ini lebih emosional. Ini lebih sensasional!!

Tanpa ba-bi-bu, Yesus tiba-tiba saja mengatakan “celakalah!”. Padahal di perikop sebelumnya (kalau ini masih menjadi satu rangkaian narasi), Yesus menceritakan dengan santun dan tenang mengenai Yohanes Pembaptis. Yesus bertutur dengan sangat apik layaknya seorang pendongeng ulung tentang siapa itu Yohanes Pembaptis. Tapi tiba-tiba saja di perikop ini, seperti sebuah petasan yang meletus di malam yang hening, Yesus dengan nada tinggi mengecam tiga kota tersebut. Ada apa ini?? Kenapa tiba-tiba “mak bedunduk” (seperti kata alm. Mamiek) Yesus mengecam tiga kota tersebut?

Yesus membandingkan Korasim dan Betsaida dengan Tirus dan Sidon. Tirus dan Sidon adalah dua kota pelabuhan yang sangat ramai. Perdagangannya sangatlah maju. Kekayaan dua kota ini bukan hanya karena pelabuhannya saja, tetapi juga kayunya yang terkenal. Sampai-sampai kayu-kayu dari Tirus dipakai untuk membangun Bait Suci pada jaman Salomo. Tapi Tirus dan Sidon akhirnya menjadi “gerbang” masuknya Baal melalui ratu Izebeel pada masa pemerintahan Ahab. Kesombongan dan hawa nafsu akhirnya menjauhkan Tirus dan Sidon dari ibadah kepada Allah. Tirus dan Sidon kemudian mendapatkan hukuman dari Allah dengan penghancuran. Dan kata Yesus, “Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon  akan lebih ringan dari tanggunganmu!” Nah lo… Tanggungan yang lebih besar ini tentu sebabnya adalah kesalahan yang lebih besar pula. Tidak dijelaskan secara nyata apa kesalahan Betsaida dan Korasim.

Sedangkan Kapernaum dibandingkan dengan Sodom. Sodom dipilih Lot karena dari kejauhan kelihatan layaknya negeri gemah ripah loh jinawi. Kemakmuran dan gemerlap kehidupannya menunjukkan bagaimana kehidupan Sodom kelihatan begitu menyenangkan. Tapi apa yang terjadi setelah Lot tinggal di dalamnya? Yang dijumpai adalah kebobrokan moral dan mental! Yang kelihatannya begitu gemerlap dan bling bling… tapi dalamnya busuk. Karena itulah Allah menghukum dengan membumi hanguskan Sodom menjadi lautan api. Tapi separah-parahnya Sodom ternyata ada yang lebih parah! (tapi bukan Bandung lautan api lho…) “Pada hari penghakiman, tanggungan Sodom akan lebih ringan dari tanggunganmu!” Ya sama seperti Betsaida dan Korasim tadi, Kapernaum pun nasibnya lebih parah dari Sodom.

Kalau kita melihat ketiga kota tersebut, kita akan mengetahui penyebabnya. Ketiga kota tersebut ternyata berada di wilayah danau Galilea. So what?? Danau Galilea bisa dikatakan sebagai pusat pelayanan Yesus. Kenapa di Galilea? Karena di sinilah berkumpul beragam etnis non-Yahudi. Yesus memanggil kedua belas murisnya di sini. Yesus mengajarkan khotbah di bukit juga di sini. Sangat banyak mujizat yang dilakukan Yesus di Galilea, termasuk yang paling fenomenal adalah saat memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dua ikan. Kurang apa coba? Memang Yesus sepertinya sengaja berfokus ke Galilea dalam pelayananNya karena di sinilah berkumpul banyak orang dari banyak bangsa. Tapi meskipun sudah totalitas melayani, apa yang dijumpai Yesus sangat jauh dari harapan. Justru di kota-kota sekitar Galilea seperti Betsaida, Korasim, dan Kapernaum tidak mau bertobat. Yesus membandingkan dengan Tirus dan Sidon, kenapa hukuman mereka lebih ringan daripada hukuman kepada Betsaida dan Korasim karena mereka kemudian mewujudkan pertobatan.

Hukuman kepada ketiga kota ini lebih berat dari Tirus, Sidon, dan Sodom. Tirus, Sidon, dan Sodom mendapatkan hukuman secara fisik, yaitu penghancuran kota, perbudakan, dan pembumi hangusan. Setelah hukuman fisik ini berlalu, Tirus, Sidon, dan Sodom membangun kembali kehancuran mereka dan hidup dalam pertobatan. Tapi bagaimana dengan Betsaida, Korasim, dan Kapernaum? Mereka tidak mendapatkan hukuman secara fisik. Hukuman mereka adalah tanggungan saat penghakiman. Artinya adalah tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat!!

Sungguh mengerikan, memang… Lalu bukankah Yesus di bagian yang lain mengajarkan akan hal mengampuni? (dan bahkan harus dilakukan 70 x 7 kali?) Lalu kenapa untuk tiga kota ini seolah tiada maaf bagi mereka? Keputusan Yesus ini bukanlah keputusan yang instan dan mendadak. Sebelumnya, meskipun tidak tertulis di dalam teks, tentu telah ada sebuah proses yang mendahului. Bisa jadi para murid yang diutus untuk mengabarkan tentang pertobatan dari rumah ke rumah di perikop sebelumnya menjadi pemicu kemarahan Yesus. Dikisahkan di Matius 10 : 14-15, jika ada rumah yang tidak menerima para murid, Yesus memerintahkan mereka untuk keluar, meninggalkan kota, dan mengebaskan kasut. “Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom-Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota ini.” Inilah perkataan yang sama yang dikatakan Yesus kepada Betsaida, Korasim, dan Kapernaum. Ketika kita melihat secara geografis letak ketiga kota tersebut dengan danau Galilea tempat Yesus berpelayanan, di sinilah sumber utamanya kenapa Yesus mengutuk Betsaida, Korasim, dan Kapernaum. Sudah berulang-ulang diserukan akan pertobatan, tetapi berulang-ulang pula ada sebuah penolakan. Tentu pintu pengampunan itu sudah berulang kali dibukalebar. Tapi ketika pintu itu terbuka lebar di depan mata dan mereka tidak menyambutnya dan masuk di dalamnya, lalu siapa yang salah? Demikian juga saat tuan rumah menutup kembali pintu yang telah terbuka lebar sejak lama tentu bukan salah si tuan rumah. Ini bukanlah masalah mau mengampuni atau tidak, tetapi masalah mau diampuni atau tidak.

Yesus telah melampiaskan kekecewaan-Nya terhadap kota Betsaida, Korasim, dan Kapernaum. Melalui perikop yang emosional ini kita diajak untuk melihat bagaimana Yesus yang benar-benar memiliki kasih yang sempurna. Bukan hanya menyembuhkan yang sakit, menghibur yang susah, tapi juga memberi ganjaran bagi mereka yang gak mau diatur. Kalau kita merefleksikan kepada bangsa Indonesia, kira-kira bagaimana ya respon Allah? Apakah merasa sangat puas? Atau apakah justru sangat murka melebihi Betsaida, Korasim, dan Kapernaum? Atau…. Malah bingung??? Hehehe… Selamat berefleksi.


Ceper, 21082014 – menjelang keputusan Mahkamah Konstitusi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar