Nikmati saja hujan dengan secangkir kopi hangat dan obrolan di blog ini....

Jumat, 19 September 2014

Secukupnya saja.....



Salah satu kelemahan di dalam dunia digital adalah manusia lebih senang mengumpulkan file dari pada menikmatinya. Begitu mudahnya kita mengunduh dan menyimpan file, sehingga kita terlalu asyik mengumpulkan dan sering kali lupa akan tujuan utama kita : menikmatinya.
Dulu, sebelum dunia digital merebak, hobi saya adalah mengoleksi kaset pita. Dalam satu bulan paling tidak saya membeli tiga atau empat kaset . Karena membelinya dengan uang jajan yang saya sisihkan, kaset pita pun menjadi begitu berharga. Kaset tersebut diputar berulang-ulang sampai saya hapal benar lirik lagu di dalamnya. Nikmat benar saat-saat itu….

Hingga suatu saat segala sesuatu berubah menjadi serba digital…. Kaset pita yang dulu untuk mendapatkannya harus mengumpulkan uang sisa jajan terlebih dulu, kini telah tergantikan dengan adanya mp3 yang sangat amat mudah mendapatkannya. Saat ini cukup dengan akses internet, kita bisa mengunduh lagu-lagu yang kita sukai. Tidak usah menunggu uang cukup terkumpul, semuanya sudah tersedia melimpah dan gratis! Bukan hanya lagu-lagu saja, kini film dan file lain pun bisa kita dapatkan dengan cukup mudah. Kwalitasnya bagaimana? Jangan kuatir… kwalitas mp3 ataupun film yang tersedia di internet cukup baik dan jernih. Semuanya melimpah ruah, tinggal pilih.

Tapi justru inilah penyakitnya. Dulu, dalam satu bulan saya bisa membeli tiga-empat kaset, dan saya benar-benar bisa menikmati seluruh lagu di dalamnya. Saya merasa ada siklus yang sehat. Mengumpulkan uang, membeli kaset, menimati sekaligus mengumpulkan uang untuk membeli kaset baru lagi. Ada waktu menunggu terkumpulnya uang untuk menikmati kaset yang diidam-idamkan. Oh, betapa indahnya saat itu…..
Dan saat ini hardisk saya penuh dengan lagu dan film. Tapi saya tidak bisa menikmati semuanya. Tiap kali mau menikmati, eh… unduhan yang satunya udah kelar. Mau mendengarkan  yang baru, yang paling barunya lagi sudah selesai diunduh. Dan inilah penyakit di dunia digital : manusia lebih senang mengumpulkan file dari pada menikmatinya.

Seperti halnya bangsa Israel yang dilimpahkan manna dan burung puyuh dari sorga. Ketika bangsa Israel tidak mampu mengendalikan dirinya dan penuh rasa kuatir kalau-kalau esok sudah tidak turun manna lagi, maka justru saat itulah mereka tidak mampu merasakan kenikmatan manna sorgawi. Tuhan memerintahkan agar tiap-tiap orang mengambil manna secukupnya saja ( 1 gomer) untuk makan satu hari. Bagi yang tidak mengindahkannya tentu tidak akan mampu menikmati berkat sorgawi tersebut.

Mari kita nikmati dunia digital ini dengan mengunduh secukupnya, yakni apa yang kita perlukan saja, agar unduhan kita benar-benar menjadi berkat.

Ceper, 19092014      


Rabu, 20 Agustus 2014

TIADA MAAF BAGIMU (Matius 11 : 20 – 24)



Bagi saya ini adalah perikop yang sangat emosional. Dengan begitu berapi-api Yesus menjatuhkan vonis bagi tiga kota : Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum. Memang dalam Injil beberapa kali kita menjumpai peristiwa Yesus yang emosional, seperti saat mengutuk pohon ara yang tidak berbuah, mengecam para ahli Taurat dan Farisi, serta saat memorak-porandakan lapak-lapak PKL di halaman Bait Allah. Tapi yang ini beda. Ini lebih emosional. Ini lebih sensasional!!

Tanpa ba-bi-bu, Yesus tiba-tiba saja mengatakan “celakalah!”. Padahal di perikop sebelumnya (kalau ini masih menjadi satu rangkaian narasi), Yesus menceritakan dengan santun dan tenang mengenai Yohanes Pembaptis. Yesus bertutur dengan sangat apik layaknya seorang pendongeng ulung tentang siapa itu Yohanes Pembaptis. Tapi tiba-tiba saja di perikop ini, seperti sebuah petasan yang meletus di malam yang hening, Yesus dengan nada tinggi mengecam tiga kota tersebut. Ada apa ini?? Kenapa tiba-tiba “mak bedunduk” (seperti kata alm. Mamiek) Yesus mengecam tiga kota tersebut?

Yesus membandingkan Korasim dan Betsaida dengan Tirus dan Sidon. Tirus dan Sidon adalah dua kota pelabuhan yang sangat ramai. Perdagangannya sangatlah maju. Kekayaan dua kota ini bukan hanya karena pelabuhannya saja, tetapi juga kayunya yang terkenal. Sampai-sampai kayu-kayu dari Tirus dipakai untuk membangun Bait Suci pada jaman Salomo. Tapi Tirus dan Sidon akhirnya menjadi “gerbang” masuknya Baal melalui ratu Izebeel pada masa pemerintahan Ahab. Kesombongan dan hawa nafsu akhirnya menjauhkan Tirus dan Sidon dari ibadah kepada Allah. Tirus dan Sidon kemudian mendapatkan hukuman dari Allah dengan penghancuran. Dan kata Yesus, “Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon  akan lebih ringan dari tanggunganmu!” Nah lo… Tanggungan yang lebih besar ini tentu sebabnya adalah kesalahan yang lebih besar pula. Tidak dijelaskan secara nyata apa kesalahan Betsaida dan Korasim.

Sedangkan Kapernaum dibandingkan dengan Sodom. Sodom dipilih Lot karena dari kejauhan kelihatan layaknya negeri gemah ripah loh jinawi. Kemakmuran dan gemerlap kehidupannya menunjukkan bagaimana kehidupan Sodom kelihatan begitu menyenangkan. Tapi apa yang terjadi setelah Lot tinggal di dalamnya? Yang dijumpai adalah kebobrokan moral dan mental! Yang kelihatannya begitu gemerlap dan bling bling… tapi dalamnya busuk. Karena itulah Allah menghukum dengan membumi hanguskan Sodom menjadi lautan api. Tapi separah-parahnya Sodom ternyata ada yang lebih parah! (tapi bukan Bandung lautan api lho…) “Pada hari penghakiman, tanggungan Sodom akan lebih ringan dari tanggunganmu!” Ya sama seperti Betsaida dan Korasim tadi, Kapernaum pun nasibnya lebih parah dari Sodom.

Kalau kita melihat ketiga kota tersebut, kita akan mengetahui penyebabnya. Ketiga kota tersebut ternyata berada di wilayah danau Galilea. So what?? Danau Galilea bisa dikatakan sebagai pusat pelayanan Yesus. Kenapa di Galilea? Karena di sinilah berkumpul beragam etnis non-Yahudi. Yesus memanggil kedua belas murisnya di sini. Yesus mengajarkan khotbah di bukit juga di sini. Sangat banyak mujizat yang dilakukan Yesus di Galilea, termasuk yang paling fenomenal adalah saat memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dua ikan. Kurang apa coba? Memang Yesus sepertinya sengaja berfokus ke Galilea dalam pelayananNya karena di sinilah berkumpul banyak orang dari banyak bangsa. Tapi meskipun sudah totalitas melayani, apa yang dijumpai Yesus sangat jauh dari harapan. Justru di kota-kota sekitar Galilea seperti Betsaida, Korasim, dan Kapernaum tidak mau bertobat. Yesus membandingkan dengan Tirus dan Sidon, kenapa hukuman mereka lebih ringan daripada hukuman kepada Betsaida dan Korasim karena mereka kemudian mewujudkan pertobatan.

Hukuman kepada ketiga kota ini lebih berat dari Tirus, Sidon, dan Sodom. Tirus, Sidon, dan Sodom mendapatkan hukuman secara fisik, yaitu penghancuran kota, perbudakan, dan pembumi hangusan. Setelah hukuman fisik ini berlalu, Tirus, Sidon, dan Sodom membangun kembali kehancuran mereka dan hidup dalam pertobatan. Tapi bagaimana dengan Betsaida, Korasim, dan Kapernaum? Mereka tidak mendapatkan hukuman secara fisik. Hukuman mereka adalah tanggungan saat penghakiman. Artinya adalah tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat!!

Sungguh mengerikan, memang… Lalu bukankah Yesus di bagian yang lain mengajarkan akan hal mengampuni? (dan bahkan harus dilakukan 70 x 7 kali?) Lalu kenapa untuk tiga kota ini seolah tiada maaf bagi mereka? Keputusan Yesus ini bukanlah keputusan yang instan dan mendadak. Sebelumnya, meskipun tidak tertulis di dalam teks, tentu telah ada sebuah proses yang mendahului. Bisa jadi para murid yang diutus untuk mengabarkan tentang pertobatan dari rumah ke rumah di perikop sebelumnya menjadi pemicu kemarahan Yesus. Dikisahkan di Matius 10 : 14-15, jika ada rumah yang tidak menerima para murid, Yesus memerintahkan mereka untuk keluar, meninggalkan kota, dan mengebaskan kasut. “Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom-Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota ini.” Inilah perkataan yang sama yang dikatakan Yesus kepada Betsaida, Korasim, dan Kapernaum. Ketika kita melihat secara geografis letak ketiga kota tersebut dengan danau Galilea tempat Yesus berpelayanan, di sinilah sumber utamanya kenapa Yesus mengutuk Betsaida, Korasim, dan Kapernaum. Sudah berulang-ulang diserukan akan pertobatan, tetapi berulang-ulang pula ada sebuah penolakan. Tentu pintu pengampunan itu sudah berulang kali dibukalebar. Tapi ketika pintu itu terbuka lebar di depan mata dan mereka tidak menyambutnya dan masuk di dalamnya, lalu siapa yang salah? Demikian juga saat tuan rumah menutup kembali pintu yang telah terbuka lebar sejak lama tentu bukan salah si tuan rumah. Ini bukanlah masalah mau mengampuni atau tidak, tetapi masalah mau diampuni atau tidak.

Yesus telah melampiaskan kekecewaan-Nya terhadap kota Betsaida, Korasim, dan Kapernaum. Melalui perikop yang emosional ini kita diajak untuk melihat bagaimana Yesus yang benar-benar memiliki kasih yang sempurna. Bukan hanya menyembuhkan yang sakit, menghibur yang susah, tapi juga memberi ganjaran bagi mereka yang gak mau diatur. Kalau kita merefleksikan kepada bangsa Indonesia, kira-kira bagaimana ya respon Allah? Apakah merasa sangat puas? Atau apakah justru sangat murka melebihi Betsaida, Korasim, dan Kapernaum? Atau…. Malah bingung??? Hehehe… Selamat berefleksi.


Ceper, 21082014 – menjelang keputusan Mahkamah Konstitusi

Senin, 18 Agustus 2014

TERBAIK-TERBAIK - DEWA 19



Terbaik-terbaik. Dari judulnya saja sudah menunjukkan sebuah rasa optimis bahwa inilah karya yang lebih dari sekedar baik, lebih dari sekedar terbaik, karena inilah yang Terbaik-terbaik! Album ini bisa dikatakan merajai industri musik era 90-an dan menandai masa keemasan generasi 90-an. Perpaduan antara skill, aransemen, melodi, lirik, hingga desain cover album semuanya mewujudkan sebuah maha karya yang akan dikenang sepanjang masa. 

Diawali dengan sapaan instrumental gitar bolong Andra melalui lagu IPS, kita diajak untuk sedikit rileks… IPS adalah singkatan dari Ismulia Permata Sari, istri dari Andra Ramadhan. Hmmm… Pantes saja benar-benar romantis. Setelah dinina-bobokan dengan IPS, kita disuguhi raungan distorsi yang muncul menyambung di bagian akhir. Lagu Cukup Siti Nurbaya pun menghentak telinga kita. Lengkingan gitar Andra di bagian interlude benar-benar jenius. Inilah salah satu solo gitar terbaik di blantika musik Indonesia. Lagu yang berisi kritik social ini menyindir orang tua yang terlalu mengekang anaknya dalam mencari jodoh. “Bukan itu mama, bukan itu papa….” Seruan itu diulang-ulang pada akhir lagu dengan dibarengi cabikan bass Erwin yang begitu dingin.

 Lagu lain yang menghentak kuping adalah Manusia Biasa dan Jangan Pernah Mencoba. Dengan warna rock yang hampir sama dengan Cukup Siti Nurbaya, kedua lagu ini pun berisi kritik social bagi generasi muda. Kekuatan lirik yang puitis tertuang melalui lagu-lagu seperti Satu Hati, Hanya Satu, Restoe Boemi, dan Hitam Putih. Inilah kekuatan yang dimiliki DEWA 19 melalui maestro penulis liriknya, Dhani Ahmad. Senjata pamungkas di album ini ada pada album Cinta kan Membawamu Kembali. Cukup dengan konsep minimalis : piano dan vocal, lagu ini menjadi super hits di jamannya. Kekuatan lirik, lagu, aransemen, dan vocal Ari Lasso yang matang menjelma menjadi karya yang benar-benar luar biasa.

Meskipun menuai banyak pujian, tetapi album ini tidak mencerminkan sebuah keseimbangan. Album ini menurut saya lebih seperti karya solo dari seorang Dhani Ahmad. Seluruh lagu adalah ciptaan dan aransemen Dhani. Bukan itu saja, jatah lead vocal di beberapa lagu pun diserobot oleh Dhani. Sebut saja lagu Terbaik-terbaik, Manusia Biasa, dan Hitam Putih semuanya dinyanyikan oleh Dhani. Selain itu, clean gitar di lagu Manusia Biasa yang merupakan jatah Andra pun direbut oleh Dhani. Bahkan konsep cover pun dibuat oleh Dhani. Yah…. Inilah proyek Dhani yang mengatas namakan Dewa 19. Untungnya personel yang lain mampu mengimbangi dengan menyumbangkan skill mereka yang luar biasa di album ini. 

Inilah Dewa 19 dengan Terbaik-terbaiknya. Inilah masa kejayaan music Indonesia yang selalu dirindukan kembali kehadirannya. 

Ceper, 
19082014 

Silver Linings Playbook, Datanglah kepada Cinta yang Menguatkan!



Film ini mempertemukan dua karakter yang tidak biasa dalam jalinan asmara. Pat dikisahkan memiliki kelainan jiwa bipolar disorder berjumpa dengan Tiffany yang juga mengalami gangguan kejiwaan. Keduanya memiliki masalah yang berkaitan dengan masa lalu yang kelam. Pat pernah menjumpai istrinya mandi bersama dengan pria lain dan ia pun menganiaya pria itu hingga hampir tewas. Kasus itu mengakibatkan Pat harus menjalani perawatan di Rumah Sakit sebagai bentuk hukuman. Sedangkan Tiffany baru saja menjanda karena suaminya meninggal. Ia pun melampiaskan kesedihannya dengan menjadi wanita penggoda.

Kisah cinta mereka berawal saat Pat bersedia membantu Tiffany dalam lomba menari. Awalnya Pat menganggap Tiffany hanya sabatas teman karena ia masih menyimpan harapan kepada mantan istrinya. Tapi cinta itu lama-lama bersemi dan tumbuh. Dalam kekurangannya, Pat dan Tiffany malah justru menemukan sebuah chemistry, perpaduan yang saling melengkapi.

Cinta memang bisa menjelma menjadi sebuah energi yang memulihkan. Saat jatuh cinta kita akan merasakan sebuah gairah atau semangat yang tiada duanya. Adrenalin kita seperti terpacu sangat cepat saat jatuh cinta. Pat yang tadinya ling-lung, setelah menemukan harapan akan cintanya (yang dicintai saat itu masih mantan istrinya) berubah menjadi Pat yang enerjik. Demikian pula dengan Tiffany yang apatis dan tertutup, setelah berjumpa dengan Pat menjadi seorang yang mulai membuka diri. Gangguan kejiwaan yang ada dalam diri Pat dan Tiffany seolah lenyap setelah mereka saling menguatkan satu dengan yang lain.

Ketika kita merasa lemah, letih, sedih, marah, benci, apatis, frustasi… di saat itulah kita memerlukan perhatian dari orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita. Siapakah mereka? Hanya Anda sendirilah yang tahu.


Ceper, 19082014

Pohon Agama


Ada sesuatu yang menarik dari dialog lintas iman dalam rangka tour Xtraligi bersama Ki Ageng Ganjur dan Fadly Padi di Pondok Pesantren Al Barokah - Klaten kemarin. Ki Ageng Ganjur menggambarkan agama itu seperti halnya pohon. Pohon tidak dapat tumbuh tanpa ada tanah sebagai media tanam. Artinya adalah di mana benih agama itu tersebar, akarnya harus menyatu dengan tanah di mana pohon tersebut akan bertumbuh. Yang di maksud tanah adalah budaya atau konteks kehidupan lokal. Jadi benih agama itu harus memiliki akar budaya lokal untuk dapat tumbuh dengan baik. Gambaran ini sebenarnya menyindir ajaran agama yang tidak dapat mengakar dengan baik karena tidak ditumbuhkan bersama-sama dengan budaya lokal. Ajaran-ajaran yang semacam inilah yang sering menjadi batu sandungan dalam kehidupan bersama.

Meskipun agama Islam berasal dari Arab, tapi bukan berarti harus memaksakan diri seperti orang Arab. Agama Kristen yang berasal dari Eropa bukan berarti orang Kristen harus memiliki budaya Eropa. Demikian pula dengan orang Hindu dan Budha pun jangan kemudian memaksakan menjadi orang India ataupun China. Kita tetaplah orang Indonesia. Biarlah agama itu berakar di Nusantara dan menyatu dengan budaya-budaya yang ada di Nusantara. Kalau kita cermati ada suatu trend yang seolah-olah kalau sudah ke-Arab-araban,ke-Eropa-eropaan, ke-India-indiaan, ke-China-chinaan, sudah benar-benar mendalami ajaran agama dengan sungguh-sungguh. Justru sebenarnya inilah trend yang merusak keharmonisan kita. Ormas-ormas yang berperilaku meresahkan adalah contoh kecil bagaimana agama yang tidak ditumbuhkan di tanah kita sendiri. Entah akar mereka ke mana, tetapi yang jelas dilihat dari perilaku mereka bukanlah bagian dari budaya kita.

Kiranya kita dapat menumbuhkan agama kita di atas tanah Nusantara sehingga keharmonisan senantiasa terjaga di tengah berbedaan.







Apa Agamamu? Mmm... Kasih Tahu Gak Ya??





Suatu hari saya berjumpa dengan seorang kawan yang menjadi calon sementara wakil rakyat di suatu daerah. Seperti calon-calon yang lain, kawan saya pun juga mengadakan sosialisasi ke daerah-daerah. Kawan saya bercerita kalau banyak orang yang menanyakan “agama bapak apa?”. Terus terang inilah dilema yang ia alami. Ia adalah seorang Kristen yang mencalonkan diri di daerah yang mayoritas beragama Islam. Kalau ia jujur dengan menyebutkan saya Kristen, tentu jawaban itu akan menurunkan rasa simpati masyarakat untuk memilih dirinya. Untuk menyikapi hal tersebut teman saya pun mengatakan, “Tuhan saya sama seperti Tuhan anda”. Hmmm… cukup cerdik juga.

Masihkah perlu di jaman ini kita mempermasalahkan agama? Itulah pertanyaan yang membuat kita berpikir ulang mengenai agama. Agama itu bukanlah sekedar identitas. Agama itu tidak sekedar hitam di atas putih seperti yang tertera di kartu identitas kita. Tapi agama adalah jalan pribadi yang kita pilih untuk memaknai keagungan Tuhan. Jikalau demikian, sebenarnya agama bukanlah sesuatu yang harus dipermasalahkan di dalam kehidupan bersama.

Sejarah bangsa ini telah membuat agama menjadi sesuatu yang hanya bersifat identitas semata. Sejak peristiwa G 30 SPKI pemerintah mewajibkan setiap warga Indonesia untuk beragama. Inilah awal mula pendangkalan makna agama. Agama bukan lagi sesuatu yang benar-benar diyakini dan diimani tetapi hanya sekedar identitas untuk melegalkan diri. Belum lagi pembatasan agama yang diakui di Indonesia hanya ada lima menunjukkan betapa sempitnya pandangan masyarakat kita akan hubungan manusia dengan Tuhan.

Agama bukanlah tembok yang membatasi langkah jelajah kita. Novel Life of Pi begitu banyak memberikan saya inspirasi akan konsep beragama. Kisah seorang anak keluarga India bernama Pi yang meskipun sejak kecil diajarkan agama Hindu tetapi mencoba untuk mencari pengalaman bersekutu dengan Tuhan melalui agama-agama yang lain. Ia merasakan kedamaian saat belajar sholat. Ia merasakan suka cita saat mengenal Yesus. Dan Pi pun menerima semua ajaran tersebut sebagai sebuah ekspresi manusiawi di hadapan Tuhan. Tidak ada lagi sekat di mana agama hanya dimaknai sebagai identitas. Agama adalah wujud pengakuan diri di hadapan Tuhan.

Jadi, apakah agamamu? Mmmm…. Kita menyembah Tuhan yang sama kok, tenang saja…

Di Antara Dua Hari Raya yang tidak Populer


Di dalam kalender nasional kita, tanggal 27 Mei 2014 adalah hari Isra’ Mi’raj, sedangkan tanggal 29 Mei 2014 adalah hari kenaikan Isa Almasih (Yesus Kristus). Saya yakin, meskipun disebut sebagai hari besar/raya keagamaan tetapi greget perayaannya tidak sama seperti ketika perayaan Idul Fitri ataupun Natal. Bahkan bagi mereka yang tidak merayakannya banyak yang tidak memahami makna dari Isra’ Mi’raj dan kenaikan Yesus Kristus. Bagi mereka yang tidak merayakannya yang penting hari itu tanggal merah. Kalau tanggal merah ya libur – tak peduli kenapa hari itu tanggal merah. Sebenarnya kalau kita merenungkan makna yang terkandung dalam kedua hari besar tersebut kita akan menjumpai sebuah refleksi kebersamaan yang sangat indah.

Hari raya Isra’ Mi’raj adalah hari dimana umat muslim memperingati perjalanan suci nabi Muhammad dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Isra’ Mi’raj sendiri berarti perjalanan di waktu malam. Waktu itu nabi Muhammad berusia 51 tahun. Sebelum melakukan perjalanan suci tersebut, nabi Muhammad sedang dirundung duka cita yang luar biasa hebatnya karena istrinya yang bernama Khadijah dan pamannya yang bernama Abu Thalib baru saja meninggal dunia. Isra’ mi’raj adalah anugerah dari Allah untuk menguatkan nabi Muhammad dari kedukaannya melalui perjalanan suci menuju nirwana.

Perjalanan nabi Muhammad dipandu oleh malaikat Jibril dan mengendarai buraq. Perjalanan suci tersebut di awali dari Masjidil Haram. Tempat pertama yang disinggahi adalah gunung Sinai, tempat di mana Allah menurunkan Taurat melalui nabi Musa. Di sanalah nabi Muhammad mewujudkan shalat 2 rakaat. Setelah itu nabi Muhammad mengunjungi Betlehem, tempat di mana Yesus (nabi Isa) dilahirkan. Nabi Muhammad pun shalat di situ sebanyak 2 rakaat. Perjalanan selanjutnya nabi Muhammad pundibukakan mata hatinya atas hal-hal yang baik dan buruk di dunia ini. Dengan menaiki 7 tingkap langit hingga langit ke-7, nabi Muhammad mendapatkan amanat dari Allah untuk mendirikan shalat sebanyak 50 kali dalam sehari-semalam. Karena dirasa terlalu berat, akhirnya nabi Muhammad memohon agar jumlah shalat itu dikurangi. Dan akhirnya terwujudlah sebuah perintah dari Allah untuk mendirikan shalat sebanyak lima kali dalam sehari.

Begitu indah perjalanan yang dilakukan nabi Muhammad hingga ke surga tingka ke-7 dan berjumpa dengan Allah yang Maha Kudus. Jika kita melihat di dalam hari raya Kenaikan Isa Almasih, kita akan menjumpai sebuah peristiwa yang hampir sama. Setelah mati di kayu salib, Yesus bangkit pada hari Paskah dan menampakkan diri kepada para murid selama 40 hari sebelum akhirnya naik ke surga. Pada hari itu Yesus dan para murid berkumpul di dekat Betania. Yesus mengungkapkan bahwa tugas-Nya di dunia ini telah selesai, dan ia harus kembali ke tempat Bapa. Setelah memberkati mereka, perlahan-lahan Yesus terangkat naik ke langit dan dijemput oleh malaikat menuju sorga. Kenaikan Yesus ke sorga adalah sebuah “perjalanan” Sang Kristus menuju kediaman Allah yang baka. Naiknya Yesus ke surga adalah wujud bagaimana kembalinya Yesus ke dalam kemuliaan Allah yang sempurna.
Isra’ Mi’raj dan Kenaikan Yesus merupakan peristiwa yang mengingatkan kita akan kesempurnaan Allah yang bertahta di sorga. Agama samawi (agama yang berakar dari iman Abraham) mempercayai bagaimana Adam dan Hawa yang tinggal di Firdaus merupakan wujud karya Allah yang sempurna. Tapi karena dosa manusia akhirnya manusia meninggalkan Firdaus, meninggalkan sorga, dan harus bersusah payah hidup di dunia ini. Sorga adalah tempat di mana manusia berasal dan diciptakan. Sorga pula tempat di mana manusia yang beriman kembali kepada kesempurnaan.

Meskipun perayaannya tak semegah Idul Fitri, Natal, Paskah, maupun Maulud Nabi tapi dua hari raya yang “tidak popular” ini telah mengingatkan kita akansesuatu yang luar biasa : tempat asal manusia tercipta dan tujuan akhir manusia di dunia yaitu nirwana, tempat yang sempurna. Nabi Muhammad dan Yesus Kristus telah melakukan sebuah perjalanan suci menuju nirwana, tempat di mana kedamaian abadi bersemayam. Selamat menghayati isra’ Mi’raj dan kenaikan Yesus Kristus, dua hari raya yang tidak popular.